Sabtu, 23 Mei 2015


Budaya Rewang- tradisi nusantara yang sudah berlangsung di masyarakat sudah seharusnya dilestarikan. Local Wisdom harus tetap terjaga dan lestari, karena merupakan bagian dari jati diri bangsa-negara. Dahulu tradisi ini benar-benar murni menolong sesama manusia yang membutuhkan pertolongan dengan tanpa mengharap imbalan atau dengan imbalan sederhana, sebungkus nasi atau segenggam makanan. Seiring berjalannya waktu, tradisi berubah menjadi sebuah event organizer (EO) atau crew nikahan yang masih meminta bayaran. Transformasi tradisi pedesaan yang berlandaskan kepada nilai luhur kemanusiaan, masuk ke kawasan kota menjadi kapitalis dan mata duitan, seolah semua dapat diduitin.

Tradisi memasak secara besar-besarnya dan oleh banyak orang bertransformasi menjadi catering, seolah lebih modern, tapi ujung-ujungnya uang, profit oriented. Ketika sebuah nilai tradisi luhur yang berlandaskan pada kemanusiaan berubah menjadi money oriented, maka yang terjadi adalah materialisme, semua diukur berdasarkan materi. Bahkan manusia juga hanya fisiknya dijual untuk melayani sana-sini pada sebuah event. Padahal dalam konsep tradisi rewang, bukan sekedar fisik atau materi akan tetapi jiwa spiritual kemanusiaan yang lebih dibangun. Jiwa yang peduli ketika melihat saudaranya dalam kesusahan, jiwa yang bergerak ketika teman, saudara bahkan manusia yang tidak dikenalnya membutuhkan pertolongan. Jiwa yang selalu ingin membantu dengan batas kemampuan manusianya. Jiwa yang selalu memanusiakan manusia.

Tradisi Membantu Orang Lain


Rewang bukan hanya sekedar kata yang bermakna pembantu. Tapi kata rewang sudah meluas, penggunaanya bahasa rewang bukan lagi satu atau dua orang. Dalam istilah bahasa Indonesia kata rewang dapat diartikan dengan gotong royong. Sebuah nilai budaya bangsa yang mulai luntur seiring dengan munculnya banyak apartemen dan perumahan di kawasan kota. Akan tetapi kalau kita masuk ke wilayah ini masih ada meskipun sedikit. Kata Rewang secara budaya lebih cenderung digunakan pada acara hajatan, khususnya dalam hal masak-memasak dalam skala besar. Sedangkan kata gotong royong lebih cenderung digunakan dalam hal bersih-bersih dan membangun sesuatu secara bersama-sama, meskipun masing-masing daerah di nusantara ini berbeda kata.

Tradisi rewang ini tidak menutup kemungkinan bahwa tradisi ini sudah bertahan ratusan tahun bahkan ribuan tahun, mungkin dalam skala lebih kecil. Tersebarnya tradisi rewang ini ke seluruh kawasan nusantara membuktikan bahwa tradisi ini kuat dan memang asli milik nusantara. Sebuah tradisi yang terlihat sederhana, akan tetapi mempunyai kaya makna. Sebuah tradisi yang mencoba memenuhi hak dasar hidup manusia sebagai makhluk sosial. Jika tradisi ini tidak terus dijaga maka kebersamaan, persatuan, saling menghormati, saling tolong-menolong akan mulai terkikis pula dari negeri ini. Rewang merupakan tradisi masyarakat nusantara yang memiliki nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Tradisi Masyarakat Nusantara



Rewang adalah saling membantu. Di Masyarakat nusantara rewang sudah menjadi sebuah tradisi. Rewang biasanya dilakukan ketika seseorang sedang melaksanakan hajatan, acara tasyakuran besar-besaran, seperti acara pernikahan, sunatan dan keagamaan. Pola kerjasama dalam tradisi rewang seolah sudah menemukan polanya sendiri sesuai dengan tangungjawab dan keahlian masing-masing. Dalam rewang menjunjung tinggi nilai untuk saling mengerti, memahami, menghormati sehingga tercipta harmoni pekerjaan dengan hasil yang menajubkan.

Rewang

 
Rewang © 2015 | Distributed By My Blogger Themes | Designed By Templateism